-->

Selamat Datang Jangan Lupa Tinggalkan Komentar Terimakasih atas Kunjungan anda

Selamat Datang Jangan Lupa Tinggalkan Komentar Terimakasih atas Kunjungan anda

Kamis, 28 Oktober 2010

Langit dan Bumi juga bertasbih

 
[17:44] Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.


Alam dengan isinya sesungguhnya memiliki kehidupannya sendiri. Harus disadari, kita dan alam memiliki hak yang sama untuk mengabdi kepada Allah, tentu saja dengan caranya masing-masing. Sejatinya, sesama makhluk Allah, kita harus dapat mengharmonisasikan kehidupan kita dengan kehidupan alam. Apabila kita tidak memiliki kemampuan dalam mengharmonisasikan kehidupan kita dengan alam, yang terjadi adalah disharmonisasi, ketegangan, benturan dan saling menghancurkan.

Dalam konteks artikel ini, salah satu yang perlu kita perhatikan adalah apa yang disebut Al-Qur’an dengan “tasbih bumi”. Ayat yang dikutip diawal tulisan ini cukup untuk menjadi dalil bahwa bumi (juga makhluk Allah lainnya) bertasbih kepada Allah. mereka menjauhkan Allah dari sifat-sifat yang tak pantas dipikulnya. Mereka sucikan Allah dengan cara yang sama sekali tidak diketahui manusia.

Dari sudut bahasa, tasbih berasal dari kata sabbaha-yusabbihu-tasbihan. Di dalam kamus, arti dasar dari tasbih (al-sabh) adalah menjauh dari tempat asal. Al-sabh atau as-sibahah juga diterjemahkan dengan berenang. Ada juga yang langsung menterjemahkan tasbih dengan mensucikan Allah. Al-Sabh bisa juga berarti kosong, hampa. Agaknya kata tasbih memiliki kedekatan arti dengan tanzih dan taqdis (quddus).

Dari arti inilah tasbih diartikan sebagai upaya menjauhkan Allah dari sifat-sifat yang tidak pantas baginya. Orang yang bertasbih adalah orang yang mensucikan Allah dari segala macam sifat dan perbuatan yang tidak layak dilekatkan kepada Allah. Kata subhana Allah yang sering kita lafalkan setiap kali selesai shalat berarti maha suci Allah.

Seorang ilmuwan muslim yang bernama Zaghlul An-Najjar menulis buku yang berjudul, Shuarun min Tasbih al-Kainaat Lillah. Buku ini terbit di Mesir pada tahun 2003. Pada tahun 2008, penerbit Al-Kautsar menterjemahkan buku tersebut dengan judul, Ketika Alam Bertasbih.

Adalah menarik ketika An-Najjar mengatakan, “Al-Qur’an menegaskan bahwa setiap langit dan bumi di dunia dapat merasa, berbicara, menangis dan merasa sakit dan pedih. Ketika hari kiamat terjadi, masing-masing akan membeberkan dan menceritakan semua itu.

Tentang masalah ini, Allah SWt berfirman sebagai komentar terhadap perbuatan maksiat yang dilakukan oleh Fir’aun dan kaumnya, “maka langit dan bumi tidak akan menangisi mereka dan merekapun tidak diberi tangguh. (Zaghlul An-Najjar: hal. 129).

Ada riwayat dari Nabi yang menjelaskan makna surah Al-Zalzalah ayat 3 yang mengatakan, Pada hari itu bumi menceritakan beritanya. Lalu beliau bertanya, tahukah kalian apa beritanya ? “ mereka menjawab, “Allah dan Rasulnya yang lebih tahu.” Beliau berkata, “Sesungguhnya beritanya bahwa ia (bumi) bersaksi atas setiap hamba atau umat yang berada di atasnya. Ia berkata, Ia melakukan ini pada hari ini, begini dan begitu…seterusnya. Inilah beritanya, (HR. At-Tirmizi hadis 2429 dan 353).

Adalah keliru jika kita menganggap bumi sebagai benda mati yang sama sekali tidak memberi respon dan reaksi terhadap apa yang dilakukan manusia di muka bumi ini. Jelas bahwa bumi tempat kita berpijak selalu bertasbih dan bertahmid kepada Allah.

Bumi selalu mensucikan Allah dan memujinya dengan cara yang tidak pernah kita ketahui. Bisa dibayangkan jika manusia yang hidup di atas muka bumi ini tidak bertasbih kepada Allah. Betapa tersiksanya bumi menampung manusia-manusia kufur yang melupakan Allah.