-->

Selamat Datang Jangan Lupa Tinggalkan Komentar Terimakasih atas Kunjungan anda

Selamat Datang Jangan Lupa Tinggalkan Komentar Terimakasih atas Kunjungan anda

Selasa, 09 Agustus 2011

Pernyataan empat Mazhab untuk tidak taqlid berlebihan


Imam Abu Hanifah berkata:
“Kalau saya mengemukakan suatu pendapat yang bertentangan dengan Al-Qur’an dan Hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, tinggalkanlah pendapatku itu” (Kitab Al-Iqazh hal. 50).
“Tidak halal bagi seseorang mengikuti perkataan kami bila ia tidak tahu dari mana kami mengambil sumbernya” (I’lamul Muwaqin, 2/309).
“Jika suatu hadist shahih, itulah mazhabku” (Kitab Al Hasyiyah, 1/63).
Imam Malik berkata:
Saya hanyalah seorang manusia, terkadang salah, terkadang benar. Oleh karena itu, telitilah pendapatku. Bila sesuai dengan Al-Qur’an dan Sunnah, ambillah; dan bila tidak sesuai dengan Al-Qur’an dan Sunnah, tinggalkanlah.” (Kitab Ushul Al-Ahkam VI/149)
“Siapapun perkataannya bisa ditolak dan bisa diterima, kecuali hanya Nabi SAW sendiri” (Irsyad As Salik, 1/227).
Imam Syafi’i berkata:
“Setiap perkataanku bila berlainan dengan riwayat yang shahih dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, hadits Nabi lebih utama dan kalian jangan bertaqlid kepadaku.” (Ibnu Abi Hatim dalam Adabu Asy Syafi’I, hal 93).
“Setiap orang harus bermazhab kepada Nabi SAW dan mengikutinya. Apapun pendapat yang aku katakan atau sesuatu yang aku katakan itu berasal dari Nabi SAW tetapi ternyata berlainan dengan pendapatku, apa yang disabdakan oleh Rasulullah irulah yang menjadi pendapatku” (Ilamul Muwaqin, 2/363-364).
“Setiap hadist yang dating dari Nabi SAW, berarti itulah pendapatku. Sekalipun kalian tak mendengar langsung dariku” (Ibnu Abi Hatim dalam Adabu Asy Syafi’I, hal 93).
“Bila suatu perkara ada hadistnya yang sah dari Nabi SAW menurut kalangan ahli hadist, tetapi pendapatku menyalahinya, pasti aku akan mencabutnya baik selama aku hidup maupun setelah aku mati” (Al Hilyah, 9/107).
“Bila kalian menemukan sesuatu dalam kitabku yang berlainan dengan hadist Rasulullah, peganglah hadist Rasulullah dan tinggalkan pendapatku itu” (Al Hilyah, 9/107).
“Seluruh kaum muslimin telah sepakat bahwa orang yang secara jelas telah mengetahui suatu hadist dari Rasulullah tidak halal meninggalkannya guna mengikuti pendapat seseorang” (Al Filani, 68).
“Bila kalian mengetahui aku mengatakan suatu pendapat yang ternyata menyalahi hadist Nabi yang shahih, ketahu
ilah bahwa itu berarti pendapatku tidak berguna” (Adabu Asy Syafi’i hal. 93).
Imam Ahmad bin Hambal:
“Janganlah engkau taqlid kepadaku atau kepada Malik, Syafi’i, Auza’i dan Tsauri, tetapi ambillah dari sumber mereka mengambil” (Al-I’lam II/302).
“Pendapat Auza’i, Malik dan Abu Hanifah adalah rayu (pikiran), bagi sayasemua ra’yu itu sama saja, tetapi yang menjadi hujjah agama adalah yang terdapat pada atsar (hadist)” (Al Jami, 2/49).

“Barangsiapa menolak hadist Nabi, dia berada dalam jurang kehancuran” (Al Manaqib, 142).

Sumber: http://alislamarrahman.wordpress.com/knowledge/pernyataan-empat-imam-mazhab-untuk-tidak-taklid-berlebihan/

Tentang salam

Tentang salam

Salam dalam Islam (Assalamualaikum / السلام عليكم / as-salāmu `alaykum) adalah sebuah sapaan yang didalamnya terdapat doa keselamatan, Assalamualaikum ini artinya adalah semoga kamu terselamatkan dari segala duka, kesulitan dan nestapa. Ibnu Al-Arabi di dalam kitabnya Al-Ahkamul Qur’an mengatakan bahwa Salam adalah salah satu ciri-ciri Allah SWT dan berarti “Semoga Allah menjadi Pelindungmu”, dengan dasar ini mari kita sejenak mengupas tata cara salam dalam Islam yang baik dan benar, karena tidak sedikit saya secara pribadi banyak sekali menemukan kesalahan-kesalahan dalam penyampaian salam, dan tidak menutup kemungkinan juga kita secara tidak disadari pernah menyampaikan salam yang salah, jadi mari kita evaluasi bersama-sama mengenai salam ini.
Rasulullah SAW memberi salam kepada keluarganya, sahabatnya, dan pada seluruh umat muslim dengan Lafadz “Assalamualaikum” dan dalam menjawab salam rasulullah memakai lafadz “Waalaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh”.
Dengan demikian sudah sangat jelas salam yang benar berdasarkan dengan apa yang diajarkan rasulullah adalah memberi salam dengan “Assalamualaikum” dan menjawab salam dengan “Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh”, sebagai umat muslim yang baik sudah sepantasnyalah kita mengikuti cara penyampaian salam yang benar dari Rasulullah SAW.
Dikehidupan sehari-hari, kita sering menemukan orang yang berkirim-kirim salam atau menitipkan salam kepada temannya, sahabat, rekan, keluarga dan yang lainnya melalui seorang perantara baik itu melalui temannya teman kita, sahabatnya sahabat kita dan yang lainnya bahkan saya juga yakin kita semua pernah melakukan hal tersebut, tapi tahukah anda bahwa kita sering sekali melakukan kebiasaan kirim salam / titip salam dengan cara yang salah yaitu seperti ini : “Tolong sampaikan salam saya kepada si fulan” atau “Salam ya ke si fulan” atau “Salamin ya ke si fulan” dan dengan berbagai gaya bahasa lainnya, padahal cara yang benar dalam mengirimkan salam / menitipkan salam melalui seorang perantara adalah seperti ini : “Tolong sampaikan salam Assalamualaikum kepada si fulan”, atau “Salam assalamualaikum ya ke si fulan” atau “Salamin assalamualaikum ke si fulan”. intinya dalam megirimkan/menitipkan salam kita harus jelas menyebutkan Assalamualaikum dalam kata-kata titipan salam kita tersebut.
Kemudian kesalahan lain yang sering terjadi dan mungkin tanpa kita sadari juga yaitu dalam penyingkatan salam “Assalamualaikum” dalam penulisan SMS, chatting, surat, email dan lainnya, kita tidak bisa seenaknya saja mempersingkat salam “Assalamualaikum” ini kenapa demikian? karena sesuai dengan yang saya utarakan diawal bahwa salam dalam islam adalah sapaan yang didalamnya terdapat doa keselamatan, Penyingkatan yang salah dalam kebiasaan kita adalah seperti ini : “As”, “Ass”, “Akum”, “Askum”, “Ass. Wr.Wb”, “Mikum”, “Samelekom” dan masih banyak lagi penyingkatan salam dengan gaya dan bahasa gaul lainnya yang kesemuanya itu malah menjadikan salam “Assalamualaikum” menjadi berubah arti dan makna seperti “As(dalam bahasa inggris)” malah memiliki arti “sebagai”, “Ass(dalam bahasa inggris)” memiliki arti yang sangat parah yaitu keledai, orang bodoh dan (maaf) pantat, lalu “Akum(gelar untuk orang-orang yahudi)” adalah singkatan dari “Avde Kokhavim U Mazzalot” yang artinya “Hamba-hamba binatang dan orang-orang sesat”, jelas sekali penyingkatan yang tertera diatas sangat jauh dari makna doa keselamatan dalam “Assalamualaikum”.
Lalu apakah sebenarnya kita ini boleh mempersingkat salam “Assalamualaikum” dalam penulisan? tentu saja boleh tapi dengan penyingkatan yang benar yaitu “As Salam”, bukan penyingkatan yang seperti diatas telah diuraikan, “As-Salaam” adalah singkatan yang benar dari “Assalamualaikum”, As-Salaam (Maha Sejahtera) adalah satu dari Nama-nama Agung Allah SWT dalam surat Al-Hasyr ayat 23.
Satu lagi kesalahan dalam pengucapan salam yang terkadang sekilas ini seperti benar, bahkan tidak sedikit pula yang mengucapkan salam ini adalah orang-orang yang bertitle Haji, hajah, ustad dan tokoh-tokoh masyarakat lainnya, atau mungkin kita juga pernah mengucapkannya, seperti apakah pengucapan salam yang salah tapi seperti benar itu? yaitu salam “Assalamualaikum” yang ditambahkan kata “Ta’ala”, saya yakin kita semua pasti pernah mendengar pengucapan “Assalamualaikum” dengan ditambahkan kata “Ta’ala”, biasanya diucapkan seperti ini “Assalamualaikum warahmatullahi ta’ala wabarakatuh”, sekilas pengucapan salam seperti itu terdengar begitu bagus dan terdengar begitu benar, padahal ini adalah salah, berdasarkan kitab Al-Adzkar - Imam Nawawi, nabi besar kita Muhammad Saw telah mengajarkan kita cara salam sesama umat islam dengan 3 ucapan salam yaitu :
1. Assalamualaikum
2. Assalamualaikum Warahmatullah
3. Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Cara Memberi salam sesama umat islam ini ada dalam hadist dan merubah hadist hukumnya adalah pancung. disinilah kenapa menambahkan “Ta’ala” dalam salam “Assalamualaikum” adalah salah.
Semoga Kutipan Ini Dapat Bermanfaat, jika ada kesalahan kata atau bahasa saya minta maaf, kesalahan datangnya dari manusia, dan kebenaran datangnya dari Allah Swt.
Assalamualaikum
Sumber: http://cahayakhasanah.blogspot.com/2011/01/tentang-salam.html

Tentang Surga

Assalamu alaykum warrahmatullaahi wa barakatuh,
Kaum muslimin yang dirahmati Allah, merupakan anugerah terbesar bagi kita semua di mana Allah memberi kita nikmat untuk hidup sebagai seorang muslim. Islam adalah agama yang  haq (benar), senada dengan firman Allah SWT: “Agama yang diridhai di sisi Allah adalah Islam” (Ali Imran: 19). Di ayat yang lain Allah pun dengan keagungan-Nya berfirman pula: “Barangsiapa mencari agama selain Islam, maka tidak akan diterima, di akhirat dia akan merugi” (Ali Imran: 85). Dengan kata lain dari dua ayat tersebut bisa kita ambil sebuah kesimpulan yang jujur bahwasanya agama lain selain Islam seperti Nasrani, Hindu, Budha, Yahudi, dll. adalah agama yang tidak diridhai Allah SWT dan para pemeluk agama–agama tersebut tidak akan diterima; justru akan dicampakkan ke dalam neraka jahanam.
Agama ini telah menjanjikan sebuah balasan yang tak terkira nikmatnya kelak di surga apabila setiap umatnya tetap bersikukuh di atas agama ini, mentauhidkan-Nya tanpa mempersekutukan-Nya, dan melaksanakan ajaran dan menjauhi apa yang telah dilarang Rabb mereka. Balasan seperti apakah kelak yang akan diterima orang Islam yang beriman di surga? Sungguh, Al Quran telah menjelaskan sebagian dari kenikmatan tersebut dan ini adalah janji Allah yang takkan pernah Dia ingkari. Simaklah firman Allah berikut, “Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam surga dan kenikmatan” (Ath Thuur: 17). Ibnu Katsir memberi komentar: “Mereka (orang yang beriman) bersuka cita dengan kenikmatan dan berbagai macam kelezatan yang diberikan Rabb mereka mulai dari makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal, keberadaan dan lain sebagainya” (Tafsir Ibnu Katsir, 8/563). Seperti itulah gambaran umum tentang apa yang akan kita dapatkan kelak, Insha Allah. Dan kaum Nasrani, Hindu, Buddha dan Yahudi (laknatullah) tak akan dan tak akan pernah mendapatkan hal yang demikian.
Allah telah memberikan sedikit pengetahuan tentang apa saja yang terdapat dalam surga yang indah tiada terkira, salah satunya adalah sungai, air dan apa-apa yang bisa diminum di mana rasanya sangat lezat. Allah SWT berfirman: “Di dalam kedua surga itu ada dua buah mata air yang mengalir” (Ar Rahman: 50). Hasan Al Bashri (rhm.) berkata: ”Salah satu dari kedua mata air itu bernama Tasnim, dan yang lainnya bernama Salsabil” (Tafsir Al Qurthubi, 17/178). Athiyyah berkata: “Salah satu dari keduanya adalah air tawar yang tidak berbau, dan yang lainnya adalah khamr (arak) yang lezat untuk diminum” (Tafsir Al Qurthubi, 17/178). Khamr? Bukankah yang demikian itu diharamkan dalam Islam karena dapat menimbulkan kemudaratan? Janganlah tergesa-gesa menyamakan khamr surga dengan khamr dunia. Dalam mentafsirkan ayat, “Minuman yang diambil dari mata air yang mengalir, mereka tidak pening karenanya dan tidak pula mabuk” (Al Waqi’ah: 18-19), Adh Dhahak (rhm.) meriwayatkan dari Ibnu Abbas (rhm.), ia berkata: “Khamr memiliki 4 ciri khas; yakni memabukkan, membuat pening, membuat muntah, serta memicu buang air kecil. Allah SWT menjelaskan bahwa khamr surga bersih dari ciri-ciri tersebut” (Tafsir Al Qurthubi, 17/204). Dari penjelasan beliau dapat kita pahami bahwa khamr surga jauh lebih berkualitas dibanding khamr dunia, keduanya tak sama.
Qatadah (rhm.) berkata tentang perbandingan khamr surga dan khamr dunia, “Khamr di dunia selalu disertai setan. Maka Allah mensucikan khamr surga dari kotoran dan penyakit dunia” (Ath Thabari, 22/474). Semoga Allah merahmati beliau yang telah mengatakan demikian. Benarlah apa yang ia katakan bahwa khamr dunia disertai setan di mana efeknya dapat membuat seseorang kehilangan akal dan kesadaran.
Allah SWT berfirman: “Di dalamnya (surga) ada sungai-sungai dari air yang tidak berubah rasa dan baunya, sungai dari susu yang tidak berubah rasanya, sungai dari khamr yang lezat rasanya bagi peminumnya dan sungai dari madu yang di saring” (Muhammad: 15). Ada hadist yang berhubungan dengan ayat ini dari Hakim bin Muawiyah (rhm.), dari ayahnya, ia berkata: “Aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersada: Di surga ada lautan susu, lautan air, lautan madu dan lautan khamr. Kemudian darinya dibuat sungai-sungai setelahnya” (HR. Ahmad, 5/5; Tirmidzi, 2571). Berkenaan dengan hal ini, hadist-hadist marfu menyebutkan, “Sungai susu di surga tak bersumber dari binatang ternak,” dan juga, “Madu surga tak berasal dari perut lebah” (diriwayatkan secara mauquf dari Ibnu Mandzur dari Said in Jubair, Ad Durul Mantsur, 6/25).
Mengenai makanan yang ada di surga, Allah SWT berfirman melalui Al Quran yang penuh kebenaran: “Dan daging burung dari apa yang mereka inginkan” (Al Waqiah: 21). Anas bin Malik mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya burung di surga itu sebesar unta, burung-burung itu terbang dengan bebasnya di pohon-pohon surga.” Abu Bakar Ash Shidiq berkata: “Hai Nabi, burung-burung surga benar-benar burung yang hidupnya senang.” Rasulullah bersabda: “Orang yang memakannya merasa lebih senang darinya. Dan aku berharap engkau termasuk salah seorang yang memakannya” (HR. Ahmad no.13311).
Buah-buahan yang baik pun tersedia di surga sebagai kenikmatan lain. Allah SWT berfirman: “Di dalam kedua surga itu terdapat segala macam buah-buahan yang berpasang-pasangan” (Ar Rahman: 52), “Dan buah-buahan yang sangat banyak, yang tak berhenti buahnya dan tak terlarang untuk mengambilnya” (Al Waqiah: 32-33), “Setiap dari mereka diberi rezeki buah-buahan dalam surga itu” (Al Baqarah: 25), “Dan Kami beri mereka tambahan berupa buah-buahan dan daging dari segala jenis yang mereka inginkan” (Ath Thur: 22). Ibnu Abbas berkata bahwa Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya aku melihat surga, maka aku berupaya untuk memetik setangkai anggur. Seandainya aku mengambilnya tentu kalian dapat memakannya selama dunia ini masih ada” (Fathul Bari, 2/627). Ibrahim bin Al Hakam bin Aban berkata dari ayahnya dari Ikrimah dari Ibnu Abbas: “Tak ada buah-buahan di dunia baik yang manis maupun pahit rasanya sampai buah yang bertawali sekalipun kecuali ada di dalam surga” (Al Qurthubi, 17/179). Buah bertawali maknanya adalah buah yang terkenal sangat pahit. Hal ini menunjukkan surga memiliki banyak atau kaya akan buah-buahan.
Utbah bin Abdus Sulami berkata bahwa ada seorang badui mendatangi Rasulullah, ia bertanya: ”Seperti apa besarnya buah anggur surga itu?” Rasulullah balik bertanya, “Apa ayahmu pernah menyembelih kambing jantan yang paling besar?” Orang itu menjawab, “Iya.” Rasulullah berkata: “Kemudian ayahmu mengulitinya dan memberi kulit itu kepada ibumu seraya berkata: Buatlah timba air dari kulit ini untuk kita semua.” Orang itu berkata, “Apabila sebesar itu, berarti sebiji anggur benar-benar dapat membuatku dan seluruh keluargaku kenyang.” Rasulullah bersabda, “Benar, dan juga seluruh kerabatmu” (HR. Ahmad, 17642).
Atas nikmat yang demikian ini, hendaklah kita panjatkan pujian: “Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam” (Al Fatihah: 2).
Bagi orang-orang beriman yang diridhai Allah memasuki surga-Nya, kepada mereka pun akan dianugerahkan bidadari-bidadari surga yang cantik dan berakhlak baik. Allah SWT berfirman: ”Mereka (orang-orang beriman) bersandarkan pada dipan-dipan yang berderetan, dan Kami kawinkan mereka dengan bidadari-bidadari cantik bermata jeli” (Ath Thur: 20). Adalah diriwayatkan dari Miqdam bin Ma’dikariba bahwa Rasulullah SAW bersabda: ”Orang yang mati syahid terdapat enam hal yang akan diterimanya. Pertama, Allah memberi ampunan ketika pertama kali bergerak dan akan melihat tempatnya di surga. Kedua, selamat dari siksa kubur. Ketiga, selamat dari goncangan hari kiamat. Keempat, akan diberikan kepadanyamahkota kebesaran yang terbuat dari permata yaqut yang lebih berharga dari seisi dunia. Kelima, akan dikawinkan dengan 72 bidadari surga. Keenam, dapat memberi syafaat kepada 70 anggota keluarganya” (HR. Ahmad, 16553). Qais Al Judzam berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: ”Orang yang mati syahid diberi enam kutamaan pada saat tetesan darahnya yang pertama. Pertama, semua kesalahannya dihapus. Kedua, melihat tempatnya di surga. Ketiga, Dinikahkan dengan bidadari. Keempat, Aman dari ketakutan yang dahsyat. Kelima, Selamat dari siksa kubur. Keenam, Dihiasi dengan hiasan iman” (HR. Ahmad, 4/200).
Allah SWT berfirman: ”Di dalam surga itu ada bidadari-bidadari yang baik lagi cantik” (Ar Rahman: 70). Disebutkan dalam suatu hadist bahwa bidadari-bidadari itu bernyanyi dan mengatakan: ”Kami adalah wanita baik dan cantik, kami diciptakan untuk suami yang mulia” (Tafsir Ath Thabari, 7/257). Dari Anas, bahwa Rasulullah SAW bersabda: ”Sekiranya seorang wanita dari kalangan penghuni surga menengok ke bumi, niscaya aromanya akan memenuhi kawasan di antara keduanya (surga dan bumi), dan niscaya akan menjadi harumlah semua yang ada di antara keduanya. Dan sesungguhnya kain kerudung yang dikenakan di kepalanya jauh lebih baik dari dunia dan seisinya” (HR. Ahmad, 12436; Bukhari, 2796). Subhanallah!!! Seperti itulah sedikit dari gambaran bidadari penghuni surga. Kecantikan dan kemuliaannya lebih jauh dibandingkan kecantikan wanita manapun di bumi.
Allah SWT berfirman mengenai sifat para bidadari tersebut: ”Di dalam surga itu ada bidadari-bidadari yang sopan dan menundukkan pandangannya” (Ar Rahman: 56). Dalam ayat tersebut, dijelaskan bahwa para bidadari cantik tersebut selalu menjaga pandangannya dan sikapnya pun sopan. Selanjutnya Allah berfirman: ”Seakan-akan bidadari itu permata yaqut dan marjan” (Ar Rahman: 58). Hal ini dikarenakan begitu cantiknya mereka hingga diibaratkan bagaikan permata yang berkilauan. Allah berfirman: ”Dan di dalam surga itu ada bidadari bermata jeli laksana mutiara yang tersimpan dengan baik” (Al Waqi’ah: 22-23). Allah menciptakan bidadari itu memiliki mata indah yang keindahannya seperti mutiara. Mereka yang keindahannya aduhai itu diperuntukkan bagi orang-orang beriman. Terdapat potongan hadist dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda: ”Dan istri-istri mereka (orang beriman) adalah bidadari bermata jeli” (HR. Muslim, 2834; Bukhari, 3327). Abu Hurairah berkata bahwa ada seseorang yang bertanya kepada Rasulullah SAW, ”Wahai Rasulullah, apa kita bisa menggauli istri-istri kita di surga?” Rasulullah menjawab, ”Sesungguhnya seorang lelaki dapat menggauli seratus wanita perawan setiap harinya” (HR. Thabrani dalam Al Mu’jam Ash Shaghir, 2/68). Allah SWT berfirman: ”Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari) secara langsung dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan, penuh cinta dan sebaya umurnya” (Al Waqiah: 35-37).
Apakah hanya itu saja yang disediakan surga? Tidak demikian, karena Allah SWT berfirman: ”Mereka di dalamnya memperoleh apa yang mereka kehendaki, dan di sisi Kami ada tambahannya” (Qaf: 35). Maka Allah akan memberikan apa saja yang mereka inginkan di dalamnya. Ibnu Katsir mengkomentari: ”Apapun yang mereka inginkan selalu ada dan semua kenikmatan apapun yang diinginkan akan didatangkan untuk mereka” (Tafsir Ibnu Katsir, 8/520).
Demikianlah apa yang telah Allah janjikan bagi umat Islam yang tetap tegak dalam keislamannya, mentauhidkan-Nya dan menghindari segala kesyirikan baik yang berbentuk penyembahan berhala atau sosok tertentu maupun kesyirikan yang berbentuk tidak berhukum kepada hukum Allah dan Rasul-Nya. Janji Allah adalah memberikan kenikmatan yang takkan terhingga jumlahnya bagi orang mukmin di Surga. Sekali lagi, anugerah yang tak terkira ini takkan bisa didapatkan oleh orang-orang penyembah salib (Kristen) dan orang-orang keturunan bangsa kera dan babi (Yahudi). Mereka adalah kaum yang telah menolak ayat-ayat Allah dan niscaya akan dimasukkan ke dalam api neraka. Hanya bagi orang-orang muslim khususnya mukmin sajalah nikmat tersebut diberikan oleh Allah SWT.
Adapun atas semua karunia yang telah dijanjikan-Nya, maka pantaslah kalau kita merenungkan firman Allah: ”Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang akan kamu dustakan?” (Ar Rahman: 13).
Sumber: http://alislamarrahman.wordpress.com/knowledge/dari-surga-bagi-orang-beriman/